Hibridisasi
Pembentukan
ikatan, juga sering dikatakan sebagai penataan kembali orbital atom
menjadi orbital molekul, yang merupakan hasil tumpang tindih dari kedua
orbital atom. Contoh sederhana proses penataan orbital molekul dengan
model ini dapat ditunjukkan pada proses pembentukan molekul Asam Florida
(HF). Konfigurasi atom H : 1s1 dan atom F : 1s
2 2s
2 2px
2 2py
2 2pz
1,
tampak kemungkinan terjadi pasangan elektron antara 1s1 dari atom H dan
2pz1, sehingga terjadi tumpang tindih kedua obital tersebut, dan
membentuk orbital molekul sp, dan menghasilkan bentuk molekul yang
linier, perhatikan Gambar 5.14.
Gambar 5.14. Model hibridisasi dan bentuk molekul sp
Seperti
yang dibahas pada pembentukan molekul BF3, proses perpindahan elektron
dari tingkat orbital yang rendah ke yang lebih tinggi umum terjadi
proses perpindahan ini dikenal dengan proses hibridisasi. Orbital hasil
hibridisasi disebut orbital hibrid, dalam pembentukan BF3, terjadi
orbital hibrid sp2, dimana ikatan akan terjadi pada orbital tersebut.
Proses
hibridisasi sp2, secara sederhana melalui tahap sebagai berikut.
Elektron yang berada pada orbital 2s dipromosikan dan berpindah pada
orbital 2Py.
Sehingga
terbentuk orbital hibrid sp2, yang dapat bereaksi dengan atom lain
dengan membentuk ikatan yang hampir sama. Hal ini menyebabkan bentuk
molekulnya sebagai segi tiga datar, lihat Gambar 5.15.
Gambar 5.15. Bentuk molekul dengan hibridisasi sp2
Proses
hibridisasi tipe lain, terjadi pada molekul gas metana (CH4), atom
memiliki konfigurasi konfigurasi atom H: 1s1 dan konfigurasi atom C: 1s2
2s2 2Px1 2py1 2pz0.
Dalam
mengikat 4 atom H menjadi CH4, maka 1 elektron (orbital 2s) dari atom C
akan dipromosikan ke orbital 2pz, sehingga konfigurasi elektronnya
menjadi: 1s1 2s1 2px1 2py1 2pz1.
Perubahan yang terjadi meliputi 1
orbital 2s dan 3 orbital 2p, maka disebut hibridisasi sp3, Kekuatan
ikatan untuk keempat orbital relatif setara sehingga membentuk molekul
tetrahedron, seperti Gambar 5.16. Struktur molekul tetrahedral cukup
stabil, sehingga banyak molekul yang memiliki struktur ini.
Gambar 5.16. Bentuk molekul dengan hibridisasi sp3
Bentuk
hibridisasi yang lebih kompleks jika banyak orbital yang terlibat dalam
proses promosi elektron seperti orbital s, p, dan d, seperti pada
hibridisasi dsp3 dengan bentuk molekul trigonal bipiramidal, sp2d ;
dsp2 dengan bentuk molekul segiempat datar dan d2sp3 ; sp3d2 dengan
bentuk molekul oktahedron.
sumber : http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/ikatan-kimia/hibridisasi/
Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya
orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai
dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital
yang terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital
molekul dari sebuah molekul.
A. Sejarah perkembangan
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam
menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis,
konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun
pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini
dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan
struktur senyawa organik.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital
adalah sebuah model representasi dari tingkah laku elektron-elektron
dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini
didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen. Orbital-orbital yang
terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom
yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang
bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema
hibridisasi karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang
persamaan Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui.
Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk
atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan
asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu
dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan
molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen,
dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih
mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya
digunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O
(kadang kala juga P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah
ikatan terorganisasikan dalam metana.
Pembentukan ikatan dalam senyawa harus sesuai dengan aturan hibridisasi yaitu :
1. Orbital yang bergabung harus mempunyai tingkat energi sama atau hampir sama
2. Orbital hybrid yang terbentuk sama banyaknya dengan orbital yang bergabung.
3. Dalam hibridisasi yang bergabung adalah orbital bukan electron
Pembentukan orbital hybrid melalui proses ibridisasi adalah sebagai berikut :
1. Salah satu electron yang berpasangan berpromosi ke orbital yang lebih
tinggi tingkat energinya sehingga jumlah electron yang tidak
berpasangan sama dengan jumlah ikatan yang akan terbentuk. Atom yang
sedemikian disebut dalam keadaan tereksitasi. Promosi yang mungkin
adalah dari ns ken p dan ns ke ns ke nd atau (n-1)d
2. Penggabungan orbital mengakibatkan kerapatan electron lebih besar di daera orbital hybrid.
3. Terjadi tumpang tindih orbital hybrid dengan orbital atom lain sehingga membentuk ikatan kovalen atau kovalen koordinasi.
B. Hibrid sp
Salah satu contoh orbital sp terjadi pada Berilium diklorida. Berilium
mempunyai 4 orbital dan 2 elektron pada kulit terluar. Pada hibridisasi
Berilium dijelaskan bahwa orbital 2s dan satu orbital 2p pada Be
terhibridisasi menjadi 2 orbital hibrida sp dan orbital 2p yang tidak
tribridisasi. Diagram hibridisasinya sebagai berikut :
Hibridisasi sp membentuk geometri linear dengan sudut 180. Terjadi pada BeH2 dan BeCl2
C. Hibrid sp2
Salah satu contoh orbital hirbid sp2 diasumsikan terjadi pada Boron
trifluorida. Boron mempunyai 4 orbital tapi hanya 3 eletron pada kulit
terluar. Hibridisasi boron mengkombinasikan 2s dan 2 orbital 2p menjadi 3
orbital hybrid sp2 dan 1 orbital yang tidak mengalami hibridisasi.
Skema hibridisasi Boron adalah sebagai berikut :
Orbital hybrid sp2 menjadi bentuk trigonal planar dengan sudut ikatan120.
D. Hibrid sp3
Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang
sebuah atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal
(seperti metana, CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital
yang memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi
keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1 atau lebih mudah dilihat:
(Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari
orbital 2s, dan orbital 2s berenergi sedikit lebih rendah dari
orbital-orbital 2p)
Teori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua
orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan
kovalen, yaitu CH2. Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif,
sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan
keberadaan CH4.
Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan
untuk berikatan dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p
secara teori mengijinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan
valensi, hal ini berarti akan ada beberapa ikatan CH4 yang memiliki
energi ikat yang berbeda oleh karena perbedaan arah tumpang tindih
orbital. Gagasan ini telah dibuktikan salah secara eksperimen, setiap
hidrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi yang sama.
Untuk menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi
digunakan. Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau
lebih) elektron:
Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu
elektron valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan
elektron 2s ke orbital 2p. Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom
terhadap elektron-elektron valensi dengan meningkatkan potensial inti
efektif.
Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru
yang dikenal sebagai orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang
berikatan dengan empat hidrogen, orbital 2s dengan tiga orbital 2p
membentuk hibrid sp3 menjadi
Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital
1s hidrogen, menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki
panjang dan kuat ikat yang sama, sehingga sesuai dengan pengamatan.
sama dengan
Menurut teori hibridisasi orbital, elektron-elektron valensi metana
seharusnya memiliki tingkat energi yang sama, namun spektrum
fotoelekronnya menunjukkan bahwa terdapat dua pita, satu pada 12,7 eV
(satu pasangan elektron) dan satu pada 23 eV (tiga pasangan elektron).
Ketidakkonsistenan ini dapat dijelaskan apabila kita menganggap adanya
penggabungan orbital tambahan yang terjadi ketika orbital-orbital sp3
bergabung dengan 4 orbital hidrogen.
E. Orbital hibrida sp3d dan sp3d2
Hibridisasi sp3d pada PC15. Pada PCl5, atom pusat Pospor dengan nomor
atom P mempunyai konfigurasi electron valensi ls22s22p63s23p3. Pada PC15
terdapat 5 ikatan kovalen, jadi Phospor harus mempunyai 5 orbital yang
setengah penuh. Dengan menerima energy, konfigurasi Phospor pada keadaan
tereksitasi menjadi ls22s22p63s13p33d1 . oleh karena itu terdapat 1
orbital s, 3 orbital p dan 1 orbital d yang akan berhibridisasi
membentuk 5 orbital hibrida sp3d. geometri yang terbentuk dari orbital
ini adalah trigonal piramida dengan sudut 120°.
Hibridisasi sp3d2 pada SF6
Molekul SF6 mempunyai atom pusat S dengan nomor atom 16 dan mempunyai
konfigurasi electron [Ne]3s23p4 pada keadaan dasar. SF6 mempunyai 6
ikatan kovalen yang mengindikasikan 6 orbital yang terisi penuh. Dengan
menerima energy, konfigurasi electron sulfur pada keadaan tereksitasi
adalah [Ne] 3s13p33d2. Pada keadaan tereksitasi sulfur mempunyai 6
orbital yang terisi setengah penuh pada orbital terluarnya yaitu 1
orbital 2, 3 orbital p dan 2 orbital d yang akan mengalami hibridisasi
membentuk orbital hibrida sp3d2 dengan geometri octahedral. 6 orbital
tersebut overlap dengan 6 ikatan sigma S-F yang ditunjukkan sebagai
berikut :
F. Keterbatasan konsep hibridisasi
Konsep hibridisasi berhasil meramal struktur molekul senyawa kovalen
bila atom pusat berikatan tunggal dengan substituent (atom) yang sama.
Jika tidak demikian, akan terjadi penyimpangan yaitu bila :
a. Atom pusat mempunyai pasangan electron bebas seperti NH3
b. Terdapat ikatan rangkap antara ion pusat dengan atom lain seperti HCN
c. Atom-atom yang terikat pada atom pusat berbeda keelektronegatifannya seperti H2CClF
d. Atom-atom yang terikat pada atom pusat berbeda ukurannya seperti H3CCl dan H2CClF
DAFTAR PUSTAKA
Pettruci, Ralph. 2007. General Chemistry, Principles and Modern Applications E 9. USA: Pearson Education
Masterton, Hurley. 2009. Chemistry, Principle and Reaction. USA: Brooks/Cole Cengage Learning
Syukri S. 1999. Kimia Dasar. Bandung: ITB
Lower, Stephen. 2007. Chem 1 virtual teeksbook. Kanada: Simon Fraser University (www. virtual teeksbook.com)
sumber : http://zonaliakimiapasca.wordpress.com/2011/05/07/hibridisasi-orbital/